Bedanya ’’Tidur’’ dan ’’Makan''
Pasti yang menjadi pertanyaan banyak orang, bagaimana bisa tidur di tempat-tempat seperti itu? Padahal, Dahlan sekarang kan berbeda dengan 25 tahun lalu. Uang banyak. Tidur di mana saja mampu. Tidak sulit. Pulang ke apartemennya di kawasan SCBD juga tidak jauh. Tetapi mobil L-1-JP pukul 00.30 malam itu sudah parkir di Graha Pena Jakarta. Berarti, dia memang sedang ’’ngeloni’’ Perumnas.
Saya bertanya, apa makna dan filosofi tidur buat seorang Dahlan, kemarin? Apa jawabnya? ’’Tidur sangat penting untuk recovery dan peremajaan sel-sel tubuh. Waktu remaja tidur sedikit, karena jam 3 selalu dibangunkan untuk salat malam, lalu salat subuh, menyapu halaman, menyapu rumah, mandi terus berangkat sekolah,’’ jawabnya.
Lalu? ’’Waktu muda jadi wartawan terbalik, baru tidur jam 3. Itu dari umur 24 tahun sampai 45 tahun. Sudah biasa tidur sedikit kira-kira 4 sampai 5 jam sehari. Tapi saya mudah tidur. Kapan saja dan di mana saja, di lantai masjid tanpa lapisan tikar, (waktu kecil sampai remaja, red), di amben, di atas meja, di kursi stasiun, di terminal bus (saat jadi wartawan, red), di tumpukan kertas (waktu jadi direktur percetakan dan pabrik kertas, red), dan di ranjang empuk atau keras sama saja,’’ jelas Dahlan.
’’Saya juga bisa tidur dengan mudah di mobil, di kereta, di bus, di ruang tunggu, di kursi kantor, di pesawat. Sering saya tidak tahu pesawat take off karena begitu masuk pesawat dan duduk langsung tidur. Saya sering berpesan kepada pramugari agar jangan dibangunkan hanya untuk ditawari makan atau minum. Saya mudah tidur. Kalau mau tidur, dalam lima menit pasti sudah lelap,’’ kata mantan Dirut PLN ini.
Bagaimana kalau sedang diterpa badai persoalan besar? ’’Tidak peduli lagi senang atau lagi banyak persoalan. Mau tidur, ya tidur aja. Saya tidur biasanya telungkup. Atau miring. Tidur lama itu penting. Tapi kualitas tidur lebih penting. Saya selalu merasakan kualitas tidur saya sangat baik. Hampir selalu merasa lelap,’’ ujarnya.
Ya, itulah Dahlan Iskan. Tidak terjebak batas ideal tidur sehat harus 7-8 jam sehari. Tidak penting tidur di spring bad atau di tikar. Yang penting, berkualitas. Mirip dengan prinsip: makanlah selagi lapar, berhentilah sebelum kenyang! Tidurlah selagi ngantuk, dan bangunlah sebelum disiram air. (*)
(*) Penulis adalah Pemred-Direktur Indopos, Wadir Jawa Pos.