Begini Kondisi Bangkok setelah Sebulan Diselimuti Kabut Polusi
jpnn.com, BANGKOK - Hari-hari ini, kalau ada barang yang laku keras di Bangkok, itu adalah masker. Kain yang berfungsi sebagai filter tersebut diburu karena kualitas udara di Negeri Gajah Putih tersebut sedang buruk. Masuk kategori yang membahayakan kesehatan. Sebab, mengandung partikel logam berat beracun.
"Sementara saya terpaksa tidak berolahraga. Biasanya, hampir tiap hari saya berenang di kolam kampus." Kata-kata itu meluncur dari bibir Rudal Jetta B., mahasiswa pascasarjana Universitas Chulalongkorn.
Dia harus sejenak membuang jauh-jauh bayangan menjadi bugar dengan mengolahragakan badan di kolam renang kampus tertua Thailand tersebut. Sebab, aktivitas di luar ruangan memang kudu dikurangi lantaran kabut polusi.
Alat pengukur kualitas udara di ibu kota Thailand menunjukkan warna merah. Artinya, kualitas udara sangat buruk. Kamis (31/1) dan Jumat (1/2) kampus libur. "Kami libur kuliah dua hari," kata Jetta Jumat lalu.
Pemuda berkulit putih itu sedih karena untuk sementara harus menjauh dari kolam renang. Padahal, fasilitas kebugaran di kampusnya tersebut bisa diakses secara cuma-cuma. Total, ada 10 kolam renang air asin di sana. Air asin sengaja digunakan untuk mengurangi penggunaan kaporit.
Seperti sekitar 400 sekolah, mulai TK hingga SMA, yang tutup karena kabut beracun, di kampus Jetta pun tidak ada aktivitas perkuliahan.
"Hanya praktikum dan kegiatan administratif yang jalan terus. Jadi, khusus pegawai, tetap masuk seperti biasa," ujar M. Tauhid Nursalim. Mahasiswa dari Jogjakarta itu sedang menempuh pendidikan S-3 di Universitas Chulalongkorn.
Kamis pagi itu taman depan guest house mahasiswa internasional sepi. Sampai sekitar pukul 08.00 waktu setempat, hanya terlihat empat orang yang berolahraga.