Beginilah Skenario BI Menyederhanakan Rupiah
jpnn.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo telah melaporkan rencana redenominasi atau penyederhanaan rupiah kepada Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (25/7). Menurut Agus, presiden yang beken disapa dengan panggilan Jokowi itu merespons positif dan meminta rencana redenominasi dipaparkan di sidang kabinet.
Melalui redenominasi, maka Rp 1.000 akan menjadi Rp 1. "Jadi misalnya harga barang dan jasa Rp 10.000, menjadi Rp 10 kalau harga baru. Dan rupiah yang sebelumnya Rp 10.000 juga menjadi Rp 10," ujar Agus memberi contoh.
Dalam praktiknya nanti, kata Agus, akan ada masa transisi. Yakni ada dua mata uang dengan nonimal berbeda tapi nilai tukarnya sama dan sama-sama merupakan alat pembayaran yang sah. Sebab, UU Redemoninasi mengharuskan produk barang dan jasa mencantumkan harga baru dan harga lama.
"Sehingga kalau menggunakan rupiah lama berlaku harga lama kalau menggunakan Rupiah baru ya berlaku harga baru,” tuturnya.
Agus menambahkan, tujuan redenominasi tidak sekadar memberi kemudahan pada masyarakat dalam bertransaksi. Lebih dari itu, lanjutnya, redenominasi juga untuk memperbaiki persepsi perekonomian Indonesia di mata dunia.
"Dan tentu membuat mata uang rupiah sejajar dengan mata uang dunia lainnya," tutur bankir kelahiran Amsterdam itu.
Lebih lanjut Agus menjelaskan, saat ini kurs USD 1 setara dengan Rp 13.000-an. Kurs itu membuat citra rupiah seolah-olah lemah sekali.
Akibatnya adalah terbentuk ekspektasi inflasi yang tinggi di Indonesia. Padahal, sebetulnya inflasi terkendali.