Belajar dari Al-Ghazali tentang Memandang Hubungan Sains dan Agama
jpnn.com, JAKARTA - Pemikir Islam, Ulil Abshar Abdalla, mengungkapkan saat ini diskursus relasi agama dan sains masih menjadi ‘arena’ bagi para pemikir dari berbagai belahan dunia.
Hasilnya, ‘tema klasik’ ini memunculkan ragam narasi. Tak sedikit yang ada, justru seolah membelahnya secara diametral. Bahkan, dalam beberapa kasus sampai saling menegasikan.
Hubungan agama dan sains memang terus mengalami pasang surut. Lantas, apakah keduanya perlu dipertentangkan atau memang bertentangan?
Menurut Ulil, ada latar belakang sejarah yang tidak bisa diabaikan, yang pada akhirnya melahirkan perdebatan tentang hubungan agama dan sains.
“Sebetulnya agak unik, sains dan agama dibentrokkan. Itu sebetulnya khas sejarah barat,” kata dalam diskusi daring bertajuk ‘Sains dan Agama’ akhir pekan lalu melalui akun Youtube Technoe Institute, baru-baru ini.
Menurut Ulil, tarik menarik agama dan sains tidak begitu kuat di luar negara-negara di Eropa Barat.
Tak sedikit negara yang ilmu pengetahuannya maju, justru tidak pernah ada masalah atau bahkan mempertentangkan hubungan keduanya.
Islam pun sebenarnya tidak ada. Hanya di dunia ‘barat’ saja, masalah hubungan agama dan sains itu muncul.