Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Belajar dari Al-Ghazali tentang Memandang Hubungan Sains dan Agama

Rabu, 08 Juli 2020 – 18:32 WIB
Belajar dari Al-Ghazali tentang Memandang Hubungan Sains dan Agama - JPNN.COM
Ulil Abshar Abdalla. Foto: Instagram Ulil

Istilah falsafah, kata dia, tidak bisa dipahami dalam pengertian sekarang. Karena zaman klasik, disiplin ilmu belum mengalami spesialisasi yang rumit seperti sekarang.

“Jadi falsafah dalam tradisi Islam di dalamnya itu ada sains. Ada fisika, ada biologi, ada kimia, ada astronomi. Tetapi juga ada matematika ada logika. Jadi kalau disebut filosof, itu juga sekaligus saintis,” ujar Ulil.

Pada masa klasik, kata Ulil, ada dua jenis ilmu. Pertama adalah ilmu kewahyuan. Kedua, ilmu-ilmu yang basis sumbernya bukan wahyu tetapi observasi ataupun penalaran rasional. Di zaman Al-Ghazali, disiplin ilmu itu terangkum ‘gelondongan’ yang disebut filsafat itu.

Maka semua pengetahuan yang sumbernya bukan kitap suci adalah falsafah. Sementara semua pengetahuan yang bersumber kepada wahyu disebut dengan ilmu agama. Dalam bahasa Al-Ghazali, kata Ulil, disebut al-ulumul syar’iyyah.

Orang Yunani yang dimaksud Ulil yakni Aristoteles. Tradisi sains Aristoteles inilah yang diikuti banyak filosof Muslim di era berikutnya. Sebab, Aristoteles mempercayai di balik alam raya ada Sang Penggerak atau Al-Muharrik.

Dalam filsafatnya, kata Ulil, Aristoteles menyatakan bahwa alam itu qodim, sama dengan Tuhan. Artinya, bagi Aristoteles, alam tidak ada permulaan. Alam dari dulu ada, dan sampai kapanpun ada. Dan Al-Ghazali, kata Ulil, menolak ini. Al-Ghazali berpandangan bahwa pendapat tersebut bukan sains, tapi ‘aqidah’ Aristoteles.

Di sisi lain, lanjut Ulil, tradisi sains Demokritos tidak mempercayai Tuhan. ‘Ideologinya’ persis dengan sebagian saintis modern di dunia barat saat ini, yang pleh para filosof muslim disebut thabi’iyyun atau orang-orang yang pandangannya materialistik.

Ulil menambahkan, ketika Kristen mewarisi filsafat Yunani melalui para filosof Muslim belakangan, mereka juga sama. Mereka sangat berpihak kepada tradisi sains Aristoteles. Baru setelah abad ke-16 sampai 17, ketika sains modern muncul, sains ala demokritos muncul ke permukaan.

Pemikir Islam Ulil Abshar Abdalla mengungkapkan Al-Ghazali memandang sains memiliki keunikan tertentu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close