Berbondong-bondong Daftarkan Anak ke Klub Panjat Tebing
Untuk memudahkan mencari bibit, harus semakin banyak yang menggemari dan melakukan olahraga panjat tebing.
”Dengan momentum emas Asian Games ini, harapannya masyarakat akan antusias untuk memasukkan putra-putrinya ke klub di daerah masing-masing,” ujar pria yang juga dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jogjakarta tersebut.
Caly juga berharap peran pengurus cabang (pengcab) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) di daerah. Tentu tidak sekadar menggelar kejuaraan daerah. Tapi lebih pada pembinaan klub dan sosialisasi panjat tebing ke sekolah-sekolah. Terutama SMP.
Contoh mudahnya, Caly ingin setiap pengcab FPTI bisa menggandeng sekolah-sekolah dengan menjadikan panjat tebing sebagai ekstrakurikuler. Alatnya sederhana. Cukup dengan menanam pegangan-pegangan di dinding sekolah.
Harapan Caly itu setidaknya mulai terlihat. Tecermin dari apa yang kini dialami Puji Lestari. Terutama di lingkungan tempat tinggalnya di Marunda, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
”Tiba-tiba banyak orang yang datang ke rumah tanya-tanya gimana caranya gabung ke klub panjat tebing. Nggak nyangka aja rasanya. Luar biasa pengaruhnya,” ungkap dia bahagia.
North Jakarta Climber yang merupakan klub pertama Puji semasa remaja seketika dibanjiri peminat. Para orang tua pun berbondong-bondong mendaftarkan anak-anaknya untuk masuk klub tersebut. (han/c9/fim)