Beri Kuliah Umum, Hasto Dorong Mahasiswa Aceh Kembangkan Sabang dan Kuliner Lokal
“Pada 1965, Bung Karno mendapat gelar pendekar dan pembebas bangsa Islam. Kenapa tak ada di dokumen sejarah kita?” kata Hasto.
Sekjen DPP DPIP itu menerangkan hal tersebut membuatnya melakukan penelitian soal geopolitik Soekarno lewat disertasinya di Universitas Pertahanan RI. Dengan itu, Hasto ingin menunjukkan soal dasar Indonesia merdeka dan bagaimana seharusnya warga bangsa bergerak ke luar (outward looking).
“Bahwa kompetitor kita adalah bangsa luar yang melakukan kolonialisme dan imperialisme, bukan melawan anak bangsa sendiri,” imbuhnya.
Hasto menjelaskan bagaimana Bung Karno berguru tentang Islam pada sejumlah tokoh bangsa seperti Tuan Hasan dari Persis dan HOS Cokroaminoto. Soekarno adalah seorang santri. Namun, Orde Baru mengaitkannya dengan 1965 dan komunisme.
“Itu tak benar. Sejarah menunjukkan bagaimana Soekarno menolak menemui pemimpin Soviet Kruschev jika tak bisa menemukan makam Imam Al Buchori. Jadi kalau ada yang isukan Bung Karno tak dekat dengan orang Islam, itu salah besar,” tegasnya.
Pria kelahiran Yogyakarta itu menjelaskan Bung Karno membuktikan Pancasila adalah ideologi politik dunia, lewat pelaksanaan Konferensi Asia Afrika. Konferensi ini mengawali gerakan yang memerdekakan negara-negara seperti Aljazair, Maroko, dan Pakistan.
“Belajar sejarah ini kita belajar api semangat para pendiri bangsa, sehingga kita di masa kini bisa berdiri kokoh mencari penyelesaian atas masalah yang kita hadapi di masa kini dan merangkai masa depan,” kata Hasto.
Tak lupa Hasto mendorong Menteri BUMN Erick Thohir untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.