Bertemu Pimpinan MPR, Dubes Abdul Karim Ingin Indonesia Segera Buka Kedubes di Rwanda
Selain itu, negara yang beribu kota di Kigali ini sekarang mengalami kemajuan yang pesat.
Diakui HNW, di negara tersebut pernah terjadi konflik antarsuku, Hutu dan Tutsi yang menimbulkan banyak korban jiwa.
Namun, konflik tersebut akhirnya bisa berakhir dengan damai.
“Mereka bisa bangkit setelah konflik antarsuku yang panjang," imbuh HNW yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor.
Rwanda selepas konflik dan bangkit, menurut HNW berubah dari negeri yang dulunya terbelakang menjadi maju, bisa menghadirkan kualitas pendidikan dan kesehatan yang baik serta tercipta persatuan nasional yang kuat berbasiskan keragaman suku dan agama.
Dari beragamnya suku, agama dan golongan, dan kepentingan serta bisa menyudahi konflik antarsuku, bangsa Indonesia bisa menjadikan Rwanda sebagai mitra yang berpengalaman positif agar potensi konflik serupa di tengah keberagaman dan kepentingan itu tidak terjadi lagi, tidak terulang dan tidak menyebar.
“Dengan mengedepankan keadilan, Rwanda merupakan salah satu negara yang berhasil mengatasi permasalahan peperangan antar suku yang mengancam persatuan nasional” tegasnya.
Dubes Abdul Karim dalam kesempatan itu memuji keberagaman dan majunya pendidikan Islam di Indonesia.
Dia juga melihat dinamika ormas-ormas Islam serta peran yang dilakukan oleh MPR dan DPR.
“Hal-hal yang seperti ini menurut Abdul Karim merupakan sesuatu yang bisa dikerjasamakan dengan Rwanda," ujar HNW.
Meningkatkan hubungan antarparlemen bagi HNW perlu ditingkatkan sebab demokratisasi di Rwanda berjalan dengan baik.
Buktinya partisipasi perempuan Rwanda di parlemen mencapai 61 persen. Ketua Parlemen Rwanda pun juga perempuan.