Biasanya Moreira Suka Usil, Jelang Dieksekusi Teriak-teriak
Gularte Sering Membenturkan Kepala ke TembokDi kapal itu sudah ada puluhan pengendara sepeda motor. Pengendara sepeda motor itu bukan warga biasa. Berdasar informasi, mereka merupakan karyawan dan keluarga karyawan lapas di Nusakambangan.
Karena berada di iring-iringan paling buncit, mobil rombongan Kedubes Brasil tidak bisa masuk ke feri. Kapal sudah penuh. Namun, setelah posisi sepeda motor diatur ulang, mobil bisa masuk. Hanya butuh waktu menyeberang sekitar 10 menit, feri sudah bersandar di Dermaga Nusakambangan.
Menjelang gelap, suasana di dermaga yang menjadi pintu masuk menuju pulau dengan tujuh lapas itu cukup ramai. Banyak orang lalu lalang. Menurut salah seorang petugas kejari, mereka adalah intel.
Setelah empat mobil rombongan turun, perjalanan dilanjutkan ke Lapas Besi, lapas penampungan terakhir napi sebelum dieksekusi. Jalanan beraspal cukup mulus. Namun, suasana sangat gelap karena sama sekali tidak ada penerangan jalan. Apalagi, di kanan kiri jalan hanya hutan.
Beberapa kali rombongan melewati lapas. Namun, karena kecepatan mobil cukup tinggi dan suasana gelap, tidak bisa dibaca lapas apa saja yang dilalui. Di sekitar lapas tersebut terlihat beberapa rumah.
’’Rumah-rumah itu bukan punya warga. Kebanyakan milik karyawan dan keluarga karyawan lapas,’’ ujar Utomo yang beberapa kali masuk ke Nusakambangan mengunjungi klien.
Setelah 30 menit menembus gelapnya hutan, rombongan tiba di sebuah bangunan bercat putih. Itulah Lapas Besi. Turun dari mobil, Jeffri langsung menghampiri rombongan Kedubes Brasil.
Dia menjelaskan, Moreira dan Gularte ditahan di Lapas Pasir Putih. Menjelang eksekusi, mereka dipindah ke Lapas Besi.