Bikin Killing Field Damai, Menang Pilwali Enam Kali
laporan Wartawan Jawa Pos, KARDONO SETYORAKHMADI, dari DavaoSelasa, 29 September 2009 – 11:28 WIB
DAVAO adalah kota yang pernah mengalami semua jenis kekerasan. Pengeboman, pembunuhan, perang antargeng, dan perang tentara dengan kelompok separatis. Tapi, itu sebelum 1991. "Totally mess (benar-benar kacau)," kata Attorney Melchor Y. Quintain, sekretaris kota (Sekkota) Davao, kepada JPNN.
Menurut Quintain, saat itu kotanya "terbelah" menjadi pusat dua kelompok separatis. Davao Utara dikuasai milisi pimpinan Commander Parago, seorang jenderal perang dari NPA (New People"s Army, kelompok militan komunis). Sementara sisi selatan menjadi basis kelompok pemberontak muslim Moro National Liberation Front (MNLF).
Maka, bisa dipahami jika Davao menjadi episentrum konflik di Pulau Mindanao. Tembak-menembak sering terjadi ketika polisi dan tentara masuk dan berusaha mengambil kontrol. "Seperti laboratorium perang mini. Konflik bersenjata hampir tiap hari terjadi. Pengeboman berkali-kali terjadi," tutur Quintain.