Bismillah
Oleh: Dhimam Abror DjuraidKonser itu memang banyak disebut sebagai salah satu "killing punch", pukulan mematikan yang memenangkan Jokowi-Jusuf Kalla atas pesaingnya Prabowo-Hatta.
Nmaun, meski jasa Abdee cukup penting, ia tetap dianggap tidak pantas mendapat ganjaran sebagai komisaris Telkom, karena Abdee dinilai tidak punya ekspertis yang memadai.
Erick Thohir, tentu saja, membela diri. Ia menyebut Abdee diperlukan di Telkom karena mempunyai kemampuan dalam menciptakan konten-konten lokal. Alasan itu bisa saja dijadikan justifikasi, tetapi warganet tetap tidak percaya.
Kasus mirip Abdee pernah terjadi dalam skala yang lebih besar. Pada penyusunan Kabinet Indonesia Maju pada periode kedua, Jokowi memilih Wishnutama Kusubandio sebagai menteri pariwisata dan industri kreatif.
Wishnutama dikenal kiprahnya sebagai eksekutif media televisi. Ia kemudian digandeng oleh Erick Thohir untuk menggarap perhelatan Asian Games 2018 yang menampilkan pesta pembukaan dan penutupan yang spektakular. Atas jasa itu Wishnu diganjar menjadi menteri.
Namun, tidak sampai setahun terbukti kapasitas Wishnu tidak mencukupi, dan dia menjadi korban reshuffle pertama didepak dari kabinet.
Kemampuan kreatif di industri hiburan ternyata tidak jalan ketika diterapkan untuk memimpin kementerian. Skalanya tidak sama dengan Abdee, tetapi ada paralelnya. Kemampuan kreatif Abdee di industri musik tidak serta-merta menyambung ketika diterapkan di dunia korporasi.
Karena itu warganet pada protes. Dan protes itu berlangsung cukup lama. Lebih dari seminggu sejak Abdee diangkat, protes masih berlangsung.