Bohong Ala Giring
Oleh: Dhimam Abror DjuraidProyek mobil Esemka menjadi monumen kebohongan yang dilekatkan kepada Jokowi. Klaim mengenai uang triliunan di kantong juga menjadi guyonan yang diasosiasikan dengan kebohongan Jokowi.
Majalah inernasional ‘’The Economist’’ menyoroti kebohongan Jokowi yang mengatakan tidak akan mewariskan kekuasaan politik kepada anak-anaknya.
Kebohongan bukan kebohongan kalau dilakukan oleh pemilik kekuasaan. Kebohongan disamarkan atau malah dilenyapkan dan diubah menjadi ‘’post truth’’, setelah kebenaran.
Zaman kita sekarang inilah yang disebut sebagai era post-truth.
Ada juga yang menyebut zaman sekarang post-fact atau alternative facts. Tidak ada kebohongan, yang ada adalah setelah kebenaran. Tidak ada bohong, yang ada pascafakta. Tidak ada penipuan, yang ada fakta alternatif.
Itulah tesis utama yang diajukan Tom Phillpis dalam buku ‘’Truth: A Brief History of Total Bullshit’’ (2019). Orang bisa berbohong secara telanjang, tetapi tetap dianggap melakukan kebenaran, dan malah bisa menjadi orang terkenal, sangat dihormati, dan dianggap sebagai pahlawan dan bapak bangsa.
Zaman sekarang orang bisa berbohong dengan enteng dan tidak ada rasa berdosa sama sekali. Itulah yang disebut sebagai post-truth. Orang awam tidak ingin mendengarkan kebenaran, tetapi ingin mendengar apa yang ingin mereka dengarkan meskipun itu bohong.
Karena itu masyarakat awam semacam ini suka mendengar kebohongan, bahkan ketika mereka tahu bahwa mereka dibohongi.