Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Brigadir Wahyu Pengin Peluk Mama Terus, Inikah Firasat Itu?

Selasa, 21 Juni 2016 – 00:42 WIB
Brigadir Wahyu Pengin Peluk Mama Terus, Inikah Firasat Itu? - JPNN.COM
Pasangan Misar Ardi M dan Murtini, berbincang dengan Kapolres Bukittinggi AKBP Tri Wahyudi, saat menunggu jenazah anaknya Brigadir Wahyu Dianto, di ruang jenazah RSUD Adnaan WD Payakumbuh. Foto: Fajar Rillah Vesky/Padang Ekspres/JPNN.com

"Saya punya tiga anak. Dua perempuan, dan satu lelaki. Wahyu merupakan anak kedua kami. Adiknya, Arini Intah Cahyahni, baru mau masuk SMA. Sedangkan kakaknya, Wiwid Indrayani, sudah bekerja di Rumah Sakit Pelni. Hari ini, dia juga hadir di sini. Itu  yang sedang bersama ibunya," kata Misar, sambil menunjuk seorang gadis berjilbab yang berdiri di samping Murtini.

Misar menyebut, Wahyu merupakan sosok anak yang penurut. Tidak banyak ulah. "Wahyu sangat patuh kepada kami. Ia juga sayang kepada kakak dan adik perempuannya. Sebelum masuk Polisi, Wahyu pernah kuliah di Stikes Alifah, Padang," kata Misar.

Lelaki berkulit sawo matang itu mengaku tidak punya firasat apa-apa sebelum kematian Wahyu. "Saya ataupun ibuk (Murtini), juga tidak pernah bermimpi yang aneh-aneh," ucap Misar.

Hanya saja, diakui Misar, beberapa hari sebelum meninggal akibat kecelakan lalu-lintas di jembatan PLTA Batang Agam, Wahyu memang bertingkah sedikit aneh. 

"Ia sering menelepon saya dan ibunya. Pagi sebelum berangkat ke Payakumbuh, Wahyu juga masih sempat menghubungi kami," kata Misar.

Pihak keluarga sendiri, menurut Misar, bertemu Wahyu untuk terakhir kalinya, pada awal-awal Ramadhan. "Saya tidak ingat, tanggal dan harinya. Yang jelas, di awal puasa-awal, Wahyu mendapat tugas, mengawal pengantaran uang dari Padang ke sebuah bank di Muko-Muko," cerita Misar.

Sebelum berangkat dari Padang, Wahyu sempat menghubungi Misar dan Murtini. "Wahyu meminta kami, menyusulnya ke Muko-Muko. Sebab, dia tidak mungkin singgah ke rumah. Apalagi, jarak rumah kami dengan jalan raya Muko-Muko cukup jauh. Kami tinggal di Desa Makmur Maju, Kecamatan Panik. Untuk ke Muko-Muko, kami harus lewat kebun sawit," ujar Misar.

Setelah membuat janjian, Misar dan Murtini, akhirnya bertemu dengan Wahyu di sebuah bank di pusat pemerintahan Muko-Muko. Itulah pertemuan terakhir pasangan suami-istri tersebut dengan buah hati mereka. Dalam pertemuan tersebut, diakui Misar, Wahyu kembali bertingkah tak lazim.

BRIGADIR Wahyu Dianto,22, anggota Polda Sumbar, meninggal dunia akibat kecelakaan kecelakaan tragis di jalan raya Bukittinggi-Payakumbuh, persisnya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close