Bu Bidan Rokiyah, tak Hanya Memikirkan Kesehatan Warga
Meski pelayanan kesehatan dirasa sudah cukup, tapi ia masih merasa bersalah karena merasa belum bisa berbuat banyak untuk masyarakat. Khususnya bidang pendidikan.
Karena sebagian besar masyarakat hanya tamatan SD, banyak yang menikah dini.
"Usia 15 tahun mereka sudah menikah. Mempengaruhi reproduksinya yang belum siap melakukan pembuahan. Akhirnya kami sarankan untuk menunda terlebih dahulu kehamilannya, seperti ber-KB," jelasnya.
Selain pelayanan kesehatan, Rokiyah juga mengaku ikut memperjuangkan listrik masuk desa. Perjuangan ini sangat lama, karena sempat ditentang sebagian warga.
Lalu ditawarkan investasi ini kepada pihak swasta, tapi karena tidak sanggup lagi lalu dibeli pihak lain secara pribadi.
Sekarang, pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ini sudah berjalan, beroperasional dari pukul 18.00 WIB hingga 06.00 WIB. Memang cukup besar iuran yang harus dibayar, Rp 800 ribuan per bulan setiap rumah.
Itu pun hanya untuk menyalakan beberapa lampu, televisi, dan kulkas. “Kalau ditambah AC akan lebih mahal lagi," jelasnya.
Berkat perjuangannya juga sejak masuk tiga tahun terakhir, sebanyak 472 kepala keluarga dan 1.340 jiwa, sudah menikmati listrik dari PLTD.