Buat Standar Kesehatan Pilot Layak Terbang
Namun, saat berada di ketinggian, kadar oksigen terus menurun hingga mencapai 88 persen. Pilot yang memiliki riwayat asma bisa mengalami serangan sesak. Bahkan, untuk penderita jantung koroner, bisa terjadi serangan jantung.
Karena itulah, pilot tidak boleh menderita sakit kronis seperti paru-paru atau jantung. Berat badan pun tidak boleh berlebih. Pilot yang bobotnya melebihi batas tertentu tidak diizinkan terbang selama dua minggu. Masa itu akan terus diperpanjang hingga berat badan sang pilot normal.
Bahkan, sakit gigi pun tidak boleh. Gigi tidak boleh berlubang. Pengemudi pesawat terbang harus dipastikan sehat secara batin. Kondisi psikologis juga menjadi komponen penilaian kesehatan. ”Pilot tidak boleh emosian,” ujarnya.
Pilot baru mendapatkan izin terbang setelah dinyatakan sehat lewat tes medis secara rutin. Mulai enam bulan, setahun, hingga dua tahun, bergantung pada ketinggian terbang. ”Berapa ribu feet terbangnya, itu pengaruh. Seleksi pilot dan pramugari harus disertai tes kesehatan dari dokter penerbangan. Bisa melalui Balai Kesehatan Penerbangan (Hatpen) Kemenhub,” ucapnya.
Masalahnya, selama ini peran dokter penerbang belum maksimal. Susanto mencontohkan, seharusnya setiap sebelum terbang, kesehatan pilot harus dicek. Minimal tekanan darah dan kondisi psikologis. Apalagi saat ini, banyak pilot yang jam terbangnya tinggi.
Sehari, lanjut Susanto, ada ribuan penerbangan. Langit penuh dengan pesawat. Namun, jumlah pilot tidak mencukupi. Jika tidak diperhatikan, pilot bisa kurang istirahat. ”Realitasnyam banyak pilot yang sering terbang, tapi tidak sering diperiksa kesehatannya,” ujarnya.
Susanto mengatakan, meski spesialis dokter penerbangan di Indonesia terseok-seok, Indonesia tetap perlu berbangga. Negara tetangga seperti Malaysia belum memiliki spesialis tersebut. ”Jika mereka membutuhkan, dokter penerbangan Indonesia lah yang menjadi konsultan,” katanya.
Susanto berharap para pihak terkait mau secara serius memperhatikan kondisi petugas di lingkungan bandara. Semua itu tentu bertujuan untuk menjamin keselamatan sebuah penerbangan. Sebab, human error sering menjadi penyebab kecelakaan.