Buaya Keroncong Brisbane, Grup Musik Nostalgia ala WNI di Australia
Tampil di Mana-Mana, Tidak Dibayar pun Tak ApaItu merupakan konser pertama BKB. Bertempat di auditorium High State School Indooroopilly Brisbane, BKB dengan formasi Agus, Maarif, Hendri, Anam, dan Muniroh tampil di hadapan ratusan WNI. Mereka membawakan dua lagu, Bengawan Solo dan Lenggang Surabaya. Dua lagu andalan BKB itu juga menjadi favorit WNI di Australia.
’’Waktu itu grogi juga. Sebab, meski nge-band sejak SMA, saya tidak pernah manggung ditonton banyak orang,’’ ujar Agus lantas tersenyum lebar.
Grogi itu berubah menjadi gugup ketika para WNI makin antusias dan me-request berbagai lagu keroncong lainnya. Bahkan, Dubes Nadjib bermaksud menyumbangkan lagu diiringi BKB. Masalahnya, mereka baru menguasi dua lagu itu: Bengawan Solo dan Lenggang Surabaya. Lagu lainnya belum sempurna dimainkan. ’’Untuk beberapa lagu lainnya, kunci (chord)-nya masih sering lupa,’’ katanya.
Akhirnya, para pemain lain pun lebih banyak mengikuti aba-aba Maarif. Di antara para pemain BKB, Maarif memang yang paling jago bermusik. Mantan dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu pernah ikut grup musik gamelan Kyai Kanjeng Jogjakarta pimpinan Emha Ainun Nadjib serta ikut mendirikan kelompok Suku Apakah, cikal bakal grup musik lawak Teamlo Solo. Di Brisbane, Maarif juga berprofesi pemusik di beberapa kafe.
Saking antusiasnya penonton, cerita Agus, pentas malam itu terpaksa dihentikan karena jam sewa gedung dan sound system-nya sudah habis. Padahal, masih banyak WNI yang ingin bernyanyi atau menyaksikan permainan musik BKB.
’’Meski pada manggung pertama itu tidak dibayar, kami benar-benar puas dan bangga. Musik keroncong masih punya tempat di hati warga Indonesia di perantauan,’’ tegasnya.
Setelah manggung pertama itu, nama BKB kian dikenal. Makin banyak pula WNI yang bergabung sehingga formasi grup beberapa kali berganti. Sebab, ada personel yang kembali ke tanah air setelah istrinya menyelesaikan kuliah di Australia.
Saat ini, personel lengkap BKB adalah Miftakhul Maarif (gitar dan harmonika), Yosi Agustiawan (bas betot), Lulu Hendri (cuk), Sugeng Budiharta (bas), Harry Baskhara (gitar), dan Johan Ramadian (bas). Vokalisnya adalah Sri Muniroh, Trimulyani Sunarharum, dan Constantinus Wahju Prijonggo.