Bukan Mantan PSK, Ogah Dinamai Dollicious
jpnn.com - SUDAH dua pekan ini Sentra Kuliner Putat Jaya beroperasi. Warga yang memiliki stan makanan pun masih berjuang meraup pengunjung plus pembeli.
--------------
SENIN siang (1/12) mendung menyelimuti langit Surabaya. Suasana Jalan Jarak tetap macet. Asap knalpot kendaraan bermotor serasa menyesaki kawasan bekas lokalisasi itu. Di salah satu bekas panti pijat, tampak berjejer gerobak makanan. Mereka saling bersaing menawarkan menu paling spesial.
Tempat itu terbilang luas. Tak ada kursi dan meja untuk pengunjung layaknya warung makan pada umumnya. Hanya ada satu tikar dan satu meja lesehan. Namun, ada juga kursi panjang di sebuah stan. Cukup untuk tempat rehat.
Siang itu Jawa Pos diladeni Sorga Itta, 45, penjual bakso. Dia sejak awal menempati tempat yang dijuluki Dollicious tersebut. Pelesetan dari Dolly, bekas tempat pelacuran itu, dan delicious alias lezat.
Kalau dulu Dolly begitu lezat bagi para lelaki hidung loreng, kini kelezatan baru di kawasan itu ya sentra kuliner tersebut.
Tak urung, nama Dollicious tetap bikin risi. ’’Jangan disebut Dollicious lah. Kesannya negatif,’’ kata Sorga. Dia tidak mau orang menganggap bahwa para penjual di tempat itu adalah mantan PSK. Padahal, mereka adalah warga Putat Jaya yang ikut terkena dampak penutupan lokalisasi. Setidaknya, dampak ekonomi. Sorga pun meminta agar tempat jualannya itu disebut sebagai Sentra Kuliner Putat Jaya.
Sebagai sebuah ’’sentra kuliner’’, lokasi tersebut terbilang mini. Sorga adalah salah seorang di antara tujuh pedagang yang masih aktif. Saat buka dua minggu lalu, sentra itu masih ditempati 10 pedagang. Tapi, karena sepi, tiga orang memilih untuk menutup usahanya.