Bukan Mantan PSK, Ogah Dinamai Dollicious
Setiap hari dagangan hanya dibeli 1–2 orang. Jika sudah sepi, mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol dan saling memberi semangat. ”Kalau sudah pusing ya duduk-duduk kayak gini. Saling cerita, terus saling menyemangati,” ujar Hariati, 49, penjual nasi rawon.
Penjual di sentra kuliner itu sebelumnya dilatih keterampilan memasak oleh muspika kecamatan yang bekerja sama dengan pihak swasta. Selama ini mereka sudah merasa banyak dibantu oleh pihak kecamatan.
Selain memberi pelatihan, kecamatan membantu menyebarkan selebaran promosi kepada masyarakat.
”Kami sudah banyak dibantu sama kecamatan. Mereka membantu promosi. Mereka datang ke sini dan membeli dagangan kami. Kami senang kalau mereka bilang masakannya enak,” imbuhnya.
Kini pedagang berharap Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ikut memberi perhatian. Harapannya, pemkot segera membeli lahan eks panti pijat tersebut. Selain itu, mereka mengharapkan modal tambahan untuk keberlangsungan usaha.
Namun, yang paling penting ialah kunjungan orang nomor satu Surabaya tersebut. Mereka menilai kehadiran Risma akan membawa semangat positif. Mereka juga yakin bila wali kota datang, sentra kuliner tersebut akan ramai dengan sendirinya.
’’Kalau beliau datang, pasti orang-orang akan tahu tempat ini,” tegas Hariati yang diikuti anggukan teman-temannya.
Mereka mengaku tetap menyetujui kebijakan yang dikeluarkan. Entah itu dari pihak kecamatan maupun pemkot. Bagi para pedagang, penutupan lokalisasi sudah menjadi risiko hidup yang harus dijalani. (*/c7/dos)