Bung, Ayok Ke Palangka...
"Ketika itu Palangkaraya masihlah sebuah kampung kecil bernama Pahandut yang dikelilingi rimba. Dengan mata kepala sendiri, Sabran menyaksikan Sukarno mengunjungi ranah Dayak dengan usaha dan perjuangan yang melelahkan," tulis Masri.
Rabu, 17 Juli 1957...
Kampung kecil di tengah rimba raya berpenduduk lebih kurang 900 jiwa itu bernama Pahandut. Rakyat berkumpul di sekitar panggung yang telah disiapkan.
Soekarno meletakkan batu pertama pembangunan Palangkaraya, ibukota Kalimantan Tengah yang secara administrasi terbentuk pada 23 Mei 1957 melalui Undang-Undang Darurat No. 10 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah Swantara Tingkat I.
Di lokasi itu kini berdiri Tugu Soekarno, di Jl. S. Parman, depan kantor DPRD Propinsi Kalimantan Tengah.
Hari itu proklamator berpidato, Palangkaraya dibangun bukan sekadar untuk ibukota Kalimantan Tengah. Tapi ibukota Indonesia. Bahkan, ibukota Maphilindo; federasi Uni Indonesia, dengan Malaya dan Filiphina yang ia bayangkan.
"Jadikanlah kota Palangkaraya sebagai modal dan model," serunya seraya menggambarkan konsep transportasi sungai dan jalan raya. "Jakarta punya Ciliwung, Palangkaraya punya Sungai Kahayan."
Sebagaimana sungai-sungai di Eropa, presiden pertama Indonesia memimpikan Kahayan jadi tempat yang cantik untuk bersantai menikmati keindahan.