Butuh Kebijakan Menyeluruh untuk Tekan Harga Gas
jpnn.com - JAKARTA – Rencana pemerintah menurunkan harga gas industri sampai USD 6 per MMBTU belum bisa diwujudkan sampai saat ini. Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian pun mencoba berbagai formula sedang untuk bisa menekan harga gas Indonesia yang disebut termahal di dunia.
Namun, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengingatkan bahwa untuk menggairahkan daya saing industri yang rendah tidak hanya lewat murahnya harga gas. Sebab, ada faktor lain yang membuat daya saing industri dalam negeri rendah.
’’Ada ketergantungan industri nasional terhadap komponen impor,’’ ujarnya, Jumat (7/10).
Komaidi tidak asal bicara. Dari data yang ia miliki, ketergantungan terhadap komponen impor memang sudah sangat tinggi.
Dari porsi impor bahan penolong dan barang modal misalnya, mencapai 90 persen. Itulah kenapa, pemerintah juga perlu mengkalkulasi tingkat sensitivitas industri nasional terhadap harga gas dan komponen impor.
Lebih lanjut dia mengutip data dari neraca input-output nasional dan statistik industri. Ada fakta bahwa kontribusi komponen impor dalam input sektor industri lebih besar dibandingkan kontribusi, atau kebutuhan terhadap gas itu sendiri.
’’Yang seharusnya menjadi prioritas pemerintah, menggantikan komponen impor dengan produk dalam negeri,’’ urainya.
Sementara, pemerhati migas Hendra Jaya menyebut penurunan harga gas sangat kompleks. Seperti di sisi hulu, penurunan bisa terjadi kalau pemerintah mau mengurangi porsinya terhadap mekanisme bagi hasil dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).