Cadangan Devisa RI Susut Tercepat
Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto mengatakan, akar masalah gejolak nilai tukar rupiah saat ini memang defisit transaksi berjalan, terutama defisit pada neraca dagang. Menurutnya, kondisi eksternal di Amerika Serikat hanya menjadi salah satu pemicu saja.
Karena itu, Doddy mengatakan bahwa paket kebijakan pemerintah yang menyasar pada upaya perbaikan transaksi berjalan bisa menjadi sinyal positif bagi investor. "Dalam situasi perekonomian global seperti saat ini, trust (kepercayaan) investor merupakan salah satu elemen vital," ujarnya.
Sementara itu, Managing Director, Head of Asia-Pacific Economic and Market Analysis, Citigroup Global Markets Asia Johanna Chua dalam riset terbarunya menyarankan BI agar menaikkan BI rate sebesar 50 basis poin dari posisi saat ini yang di level 6,50 persen. "BI harus lebih hawkish (bereaksi cepat dengan menaikkan suku bunga)," ujarnya.
Menurut ekonom yang beberapa kali terpilih sebagai ekonom terfavorit para investor di Asia ini, intervensi BI dengan menggerojok USD ke pasar keuangan tidak akan kredibel di mata investor.
Rencana perbaikan ekonomi yang dijalankan pemerintah, katanya, baru akan menunjukkan hasil pada jangka menengah dan panjang sehingga tidak akan berdampak signifikan pada rupiah. "Jadi, jalan yang efektif adalah menaikkan suku bunga sehingga investor tetap menempatkan dana di Indonesia," katanya.(owi/gal/c1/kim)