Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Camat Gembira

Oleh: Dahlan Iskan

Senin, 17 Januari 2022 – 08:08 WIB
Camat Gembira - JPNN.COM
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Gianto Kwee
Kotabaru Gunungnya Bamega Bamega umbak manampur di salakarang Umbak manampur di salakarang lagu yang saya kenal waktu masih kanak kanak 60 tahun yang lalu Baris pertama kadang di plesetkan : Kotabaru Gunungnya bamega, Ibu guru g*n*ngnya di di d4d4

Etri
Bu Dini Kusmana Massabuau,  saya jadi ingat tentang rubrik 'Surat dari Perancis'. Cerita ringan, kadang tentang Kang Dadang (David) dan dua jagoannya di sela kesibukan jadi wartawan Kompas di Montpellier. Sudah 10 tahun gak nulis rubrik itu lagi..

Robban Batang
Saya keturunan Portugal. Peranakan dari orang tua Tegal.Jawa Tengah.Satu desa. Rumah Kakek Nenek dari Bapak Ibu hanya dipisahkan jalan desa. Heu heu heu...

Aryo Mbediun
Portugal ; Peranakan dari orang tua Tegal.  Portugis  ; Peranakan dari orang tua Bugis. Cuma di Disway portugal itu bukan portugis.

Er Gham
Membaca kisah dua wanita pada tulisan Abah, saya jadi ingin usulkan ke pemerintah. Agar diadakan kembali program transmigrasi. Namun berbeda dengan skema jaman dahulu yang mengirimkan keluarga dari daerah kurang maju di Jawa ke Kalimantan atau Sumatera buat tanam sawah atau jadi petani sawit. Penduduk yang dikirimkan justru para pemuda milenial yang masih jomblo namun siap menjadi petani, terutama ke wilayah Timur Indonesia yang pulaunya belum terlalu padat. Mereka menjadi petani dan mengawini penduduk setempat. Terjadi percampuran gen suku suku di Indonesia.  Saat ini memang sudah terjadi, misal suku Jawa menikah dengan suku Banjar dari Kalimantan, Jawa Palembang, Sunda Minang, Betawi Bugis, Bali Ambon, Aceh Minahasa, dan seterusnya.  Berdasarkan penelitian, secara genetis, semakin jauh asal geografi pada proses pencampuran 2 gen dari 2 wilayah yang berbeda, akan semakin baik hasilnya. Jadi tidak hanya perkawinan sesama suku saja. Tidak ada fanatisme kesukuan atau daerah di Indonesia. Ini wujud kebhinnekaan yang riil. Yang memperkaya Indonesia.

Ibnu Kembar
Aduh di Klenteng Gudo. Kok ngak ada bener acara Abah ya. Itu Klenteng cuma 2 km dari rumah saya. Si kembar anak saya, sering ngajak nonton wayang Potehi itu. Saya penasaran isi ceramah Abah dalam pengajian Potehi itu.

Sadewa
Bener juga kata dokter: "obat paling mujarab untuk susah tidur adalah datang & dengerin pengajian". Baru baca sebentar artikel "pengajian potehi" sudah mulai kreyep-kreyep...zzzzzzz

yea a-ina
Terimakasih pak Johan, paparan anda tentang wayang potehi menambah "saling kenal mengenal" falsafah orang Tionghoa bagi kita semua. Semoga dengan semakin saling kenal mengenal, keharmonisan hidup berdampingan di sini semakin baik. Sedikit keprihatinan, melihat segilintir orang malah cenderung berupaya menajamkan perbedaan-bahkan menghakimi standar moral kelompok lainnya sebagai lebih buruk dari kelompoknya. Lebih prihatin lagi bahwa diduga mereka melakukannya dengan motif kaya dan berkuasa. Tetapi optimistisme seakan mekar lagi, disaat baca Disway karena Abah Dis dan sebagian besar para komentator disini punya semangat yang sama "perbedaan itu untuk saling kenal mengenal-bukan dipertentangkan"

Di sela-sela lagu itu Soeryo mendeklarasikan perubahan nomenklatur manajemen BDL. Jabatan CEO ia hapus: diganti Camat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News