Catatan Ketua MPR RI: Empat Pilar untuk Harmonisasi dan Keluhuran Budaya Bangsa
Oleh: Bambang SoesatyoBaca Juga: Kabar Gembira dari Mas Nadiem untuk Guru Honorer Tanpa Formasi PPPK 2021
Tentu saja pandangan dan pengajaran seperti itu menyulut pro-kontra. Dan, pro-kontra itu menyebabkan disharmoni di tengah masyarakat. Maka, jadilah ruang publik bising dan banjir ujaran kebencian.
Persepsi tentang masyarakat Indonesia yang ramah, santun, dan toleran pun tercoreng, karena ada kelompok yang memanfaatkan media sosial untuk menyemburkan ujaran kebencian, diskriminasi, menyebarluaskan hoaks serta penipuan.
Sebuah survei pernah melaporkan bahwa warganet Indonesia termasuk kelompok paling tidak sopan ketika memanfaatkan media sosial. Lebih dari itu, muncul pula anggapan bahwa sebagian masyarakat Indonesia telah berubah menjadi komunitas yang gampang marah dan tak jarang berperilaku beringas. Semua kecenderungan ini bukan lagi rahasia, melainkan sudah menjadi pengetahuan bersama.
Baca Juga: Ketua Komisi III DPR: Jenderal Listyo Sigit akan Meninggalkan Warisan yang Baik Bagi Polri
Memang, dalam jumlah yang terus membesar, sebagian masyarakat Indonesia telah tercabut dari akar budayanya yang luhur dan penuh kearifan itu. Hal ini terjadi karena mereka terus dicekoki pandangan dan pengajaran yang bertentangan nilai-nilai luhur Empat Pilar.
Mereka telah ‘dipaksa’ melupakan warisan agung dari para leluhur mereka sendiri. Padahal, warisan agung itu sendiri adalah karunia Sang Pencipta yang menjadi pondasi kokoh bagi terwujudnya kehidupan bersama yang harmonis di tengah keberagaman.
Maka, selain sebagai masalah kekinian, kecenderungan itu tentu saja harus disikapi sebagai tantangan bersama. Jangan lari dari masalah itu, dan jangan juga masalahnya dianggap biasa-biasa saja. Sesulit apa pun akar masalahnya, tetap harus dihadapi dan disikapi dengan bijaksana.