Cawe-Cawe di Pilpres
Oleh Dhimam Abror DjuraidErdogan sudah 10 tahun menjadi presiden dan sebelumnya pernah menjadi perdana menteri selama 10 tahun. Selama berada di bawah pemerintahan Erdogan, Turki menjadi kekuatan ekonomi dan politik baru yang membuat Amerika khawatir.
Turki bangkit secara ekonomi dan politik menjadi kekuatan regional yang mengancam status quo. Turki membina hubungan yang erat dengan Rusia dan mempunyai hubungan mesra dengan Iran.
Koalisi tiga kekuatan ini cukup membuat Amerika dan sekutu Eropa dan Timur Tengan tidak nyenyak tidur.
Karena itu, Amerika secara terang-terangan tidak menghendaki Erdogan untuk terus berkuasa. Kubu Erdogan menuduh Amerika melakukan intervensi dengan menggerakkan agen-agen menyusup ke Turki dan memengaruhi pemilih.
Sebaliknya, kubu lawan Erdogan menuduhnya mendapat dukungan politik dan logistik dari Rusia.
Pemilih Turki dipastikan akan terpolarisasi menjadi dua kubu pada pilpres putaran kedua. Dalam kampanye terakhir, dua tokoh yang bersaing itu itu melakukan kampanye yang berseberangan.
Erdogan melakukan doa bersama di Masjid Hagia Sophia, sedangkan Kilicdaroglu nyekar ke makam Mustafa Kemal Attaturk, pendiri Republik Turki yang sekuler.
Erdogan menempatkan diri sebagai pelindung negara-negara Islam di Timur Tengah, sedangkan Kilicdaroglu lebih condong kepada Amerika dan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).