Cawe-Cawe di Pilpres
Oleh Dhimam Abror DjuraidRakyat Turki sudah menunjukkan perlawanan yang gagah perkasa. Kemenangan Erdogan pada putaran pertama menunjukkan bahwa wali kota Istanbul itu masih dicintai lebih banyak pemilih ketimbang lawan-lawannya.
Sebelum pemilihan presiden diadakan, tidak ada satu pun lembaga survei yang mengunggulkan Erdogan. Semua lembaga survei memprediksi Erdogan akan tumbang satu putaran.
Akan tapi, realitas politik ternyata berbalik 180 derajat dari prediksi lembaga survei dan media yang bias itu.
Cawe-cawe dalam pilpres juga menjadi isu yang santer di Indonesia. Bedanya, di Turki cawe-cawe dilakukan oleh kekuatan asing, sedangkan di Indonesia cawe-cawe itu diduga dilakukan oleh presiden yang sedang menjabat.
Lwan-lawan politik Presiden Jokowi menuduhnya telah melakukan intervensi terhadap proses pemilihan presiden.
Penahanan terhadao Menkominfo Johnny G. Plate dianggap sebagai shock therapy untuk memaksa Partai Nasdem yang berseberangan dengan Jokowi untuk menarik dukungan terhadap Anies Baswedan.
Lembaga-lembaga survei terkemuka juga mengumumkan hasil siginya yang konsisten menempatkan Anies Baswedan pada urutan ketiga di bawah Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Pemilihan presiden Turki tidak sama dengan pilpres di Indonesia. Namun, fenomena cawe-cawe kekuatan besar terhadap calon yang tidak dikehendati tampaknya terjadi di Turki maupun di Indonesia.