Cegah Karhutla, KLHK Hadirkan Sekolah Lapangan
jpnn.com, JAMBI - KLHK terus mensosialisasikan upaya pengolahan lahan tanpa bakar, salah satunya melalui pendampingan pada sekolah lapangan yang dilaksanakan pada wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Beberapa waktu lalu pendampingan ini telah dilakukan kepada kelompok tani di Desa Mencolok, Kecamatan Mencolok Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi.
Materi yang disampaikan dalam sekolah ini terkait dengan metode-metode pengolahan lahan tanpa bakar, seperti sistem agroforestry, serta penggunaan cuka kayu hasil olahan sendiri untuk pemupukan tanaman.
Sejak setengah tahun yang lalu, para petani di Desa Mencolok telah menggunakan sistem tumpang sari, yang memadukan tanaman keras dengan tanaman sayur. Hingga kini, panen sayur yang dihasilkan cukup berlimpah.
Jaenudin, Ketua Kelompok Tani Desa Mencolok, mengungkapkan bahwa, kelompok mereka telah menerapkan sistem membuka lahan tanpa bakar, hal ini dikarenakan pengalaman yang buruk atas kejadian kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2015.
“Ketika kami bakar lahan, suburnya itu paling hanya seminggu, karena cacingnya mati sehingga tanah menjadi tidak subur,” tuturnya.
Di sekolah lapangan, para penyuluh pendamping juga mengajarkan cara membuat cuka kayu dari bahan bakaran yang tersedia di lahan, dan membuat kompos sebagai pupuk dasar. Tidak lupa, materi pemadaman dini juga disampaikan, sebagai antisipasi kejadian karhutla yang mungkin terjadi.
Cuka kayu atau dikenal juga sebagai asap cair (liquid smoke), adalah produk cair yang terbentuk melalui proses destilasi (penyulingan), dan kondensasi (pengembunan) asap sisa proses pembuatan arang, yang dapat dihasilkan dari pemanfaatan limbah biomassa. Manfaat cuka kayu tersebut antara lain, dapat menjadi pengental alami getah karet sehingga meningkatkan kualitasnya, sebagai penghilang bau dan anti bakteri untuk ternak, serta campuran makanan untuk ternak.