Cerita Guru dari Pedalaman Maluku, Ambil Gaji Harus Jalan Kaki 25 Km
Buku yang Dipakai Masih Kurikulum 2006Siswa di sekolah itu tidak dipungut biaya. Orang tua hanya sempat diminta dana Rp 100 ribu untuk memperbaiki gerbang sekolah. Namun, belum terkumpul semuanya dana itu. Ditambah jarak kampung itu yang jauh membuat sulit menyediakan bahan-bahan bangunan untuk perbaikan.
"Alhamdulilah masyarakat di kampung saya sadar pendidikan juga penting jadi anak-anak tetap disekolahkan," imbuhnya.
Letak sekolah yang terpencil juga membuat para guru seperti Zainul kesulitan mengurus administrasi yang berhubungan dengan profesi mereka. Jalanan rusak dan jarang ada kendaraan umum yang datang. Alhasil, untuk mengambil gaji ke kota, Zainul dan teman-temannya harus berjalan kaki sejauh 25 kilometer.
"Kami jalan lewat pesisir pantai 25 km. Kira-kira satu hari jalan kaki. Kecuali kalau ada kapal kecil yang kebetulan lewat ya kami numpang. Kalau ramai bayar 100 ribu. Kalau cuma sendiri numpang bayar 500 ribu," tutur Zainul.
Di sekolah itu, hanya ada lima guru yang mengajar bersama Zainul. Kebanyakan berasal dari Seram Timur. Mereka adalah Nujun Kelian sebagai kepala sekolah, Nurza Kelian yang juga adik Zainul, Hasnawati Voth, dan Nurhuda Kelian.
Ditambah penjaga sekolah Abdullah Kelian. Semuanya juga mengalami yang dirasakan Zainul. Setelah menerima penghargaan ini, Zainul mengharapkan pemerintah terus memperhatikan pendidikan di wilayah pelosok dan terpencil. Penghargaan itu juga dipersembahkannya untuk teman-teman gurunya, para siswa dan keluarganya yang berbangga hati ia bisa bertemu Presiden Joko Widodo.
"Jadi guru bukan cita-cita saya. Tapi saya ingin anak-anak di kampung saya bisa sekolah juga. Mudahan-mudahan semua guru punya semangat yang sama. Semoga Pak Jokowi dan Pak Anies (Mendikbud) bisa majukan pendidikan," tandas Zainul. (flo/jpnn)