Cerita Ibunda Defia Rosmaniar, Sungguh Mengharukan
"Begitu Defia dapat juara, saya merinding. Dan grup WhatsApp heboh. Semua memberi apresiasi ke Defia. Intinya, kami bangga dan berharap dia bisa mengharumkan nama sekolah dengan prestasinya," ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, Defia Rosmaniar mencatatkan sejarah lantaran meraih medali emas pertana bagi Indonesia. Dia memenangi nomor poomsae individu putri di Plenary Hall Jakarta Convention Centre (JCC), Minggu (19/8). Mahasiswi Universitas Nasional Jakarta (UNJ) dan STIE Kesatuan itu mengalahkan taekwondoin asal Iran, Marjan Salahshouri.
Defia saat ini masih mengikuti kegiatan Asian Games bersama teman-temannya. Meski sudah meraih medali emas, ia enggan untuk pulang lebih awal.
"Saya belum bisa pulang. Saya masih di sini. Bagaimana pun saya juga punya teman-teman lain yang masih bertanding. Saya harus berikan support dan dukungan kepada mereka," ujar alumni SMPN 1 Cibungbulang itu kepada Radar Bogor (Jawa Pos Group).
Terpisah, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Bogor, Yudi Wahyudi mengatakan, Defia memang warga Kabupaten Bogor. Namun, sejak awal telah dibina TI Kota Bogor.
"Saat masih SMP, pengcab sudah memberikan ongkos pulang pergi baginya setiap kali berlatih. Dia dulu naik angkot dari Leuwisadeng ke tempat latihan,” ujarnya kepada Radar Bogor.
Menurut Yudi, Defia merupakan aset berharga KONI Kota Bogor. Setelah Porda 2014 berakhir, pihaknya selalu memberikan dana pembinaan setiap bulannya. “Apresiasi itu tidak pernah putus, sampai sekarang. Bahkan, setiap Defia ke luar negeri, KONI selalu memberi bantuan,” akunya.
Menurut Yudi, dari sepuluh atlet yang bertanding di Asian Games, hanya empat atlet yang memiliki jam terbang tinggi di level internasional. Yakni, Maulana Haidir, Defia Rosmaniar, M Purkon, dan Szalsa Maulida. Sedangkan, cabor panjat tebing baru kali ini dipertandingkan pada Asian Games.