Cerita Komunitas Langit Selatan Menyambut Gerhana Matahari Total
Pengenalan memang dilakukan pada satu sekolah saja untuk tiap-tiap jenjang. Sebab, Selasa (8/3) mereka harus mempersiapkan diri dan peralatan untuk pengamatan GMT. Mereka tidak ingin fenomena langka itu terlewatkan dengan cara yang kurang berkesan.
"Saat GMT nanti, siswa dan masyarakat boleh ikut kami untuk melakukan pengamatan," ucap dia.
Perempuan yang pernah menghabiskan masa kecil di Ambon tersebut ingin menumbuhkan minat terhadap astronomi. Siapa tahu, ada yang tertarik dan membentuk klub astronomi di Maluku.
Menurut Avivah, itu bukan mimpi di siang bolong. Itu pernah terjadi di Ambon saat mereka melakukan pengamatan transit Venus di ibu kota Maluku tersebut. "Ketika itu berakhir dengan berdirinya klub astronomi di sana. Kami juga berharap yang sama di sini (Maba)."
Selain itu, minat anak muda terhadap astronomi terus meningkat. Setidaknya, itu terlihat dari ketertarikan terhadap grup Facebook maupun statistik pengunjung website Langit Selatan yang terus bertambah. Bahkan, pembahasan soal GMT disebutnya mengalahkan informasi soal isu kiamat 2012. "Beberapa kali website Langit Selatan down. Kami memutuskan untuk membuat laman khusus GMT di gerhana.info," tambahnya.
Dalam dua minggu ini, laman gerhana.info menyedot 15 ribu pengunjung. Sedangkan Langit Selatan sampai 10 ribu. Avivah mengatakan, banyak informasi yang bermanfaat dan bisa dinikmati secara gratis.
Artikel yang paling banyak menyedot perhatian adalah soal bagaimana mengamati GMT dengan aman. Lantas infografis soal lintasan daerah yang dilalui fenomena alam itu. "Beberapa dipakai untuk ke sekolah. Seperti pengamatan lewat kamera lubang jarum. Kayak kita nyediain resource dan mereka sebar ke mana-mana," terangnya.
Fleksibilitas dan keinformatifan itulah yang membuat komunitas tersebut terus tumbuh. Apalagi, Avivah tipikal astronom yang seperti tidak punya lelah untuk berbagi ilmu. Dia tidak segan untuk menjelaskan fenomena alam secara ilmiah.