Cerita Komunitas Literasi Saku di Kepulauan Yapen, Serui, Papua
jpnn.com, JAKARTA - Sebuah Komunitas Sa Saku (Saya Suka Buku) di Kepulauan Kabupaten Yapen, Papua yang bergerak di bidang literasi baca, berawal pada bulan Maret tahun 2017. Saat itu, Agies Pranoto berkeinginan agar Ber saku mengumpulkan berbagai bahan bacaan mulai dari buku dongeng, dan buku pengetahuan, baik bekas maupun buku baru,
"Tujuan saya mengumpulkan buku karena melihat kondisi masyarakat di kepulauan Yapen di mana saya tinggal bersama suami yang bertugas di Serui, Yapen. Saya ingin menumbuhkan minat baca anak sekolah mulai dari kalangan pelajar Sekolah Dasar sampai masyarakat penduduk asli di sini. Kami memulainya bersama tiga orang kawan dan mulai mencari buku, mengimbau kepada pemilik buku di Serui yang sudah membaca buku-bukunya mengirimkan kepada kami langsung atau melalui pos juga lewat media sosial atau kontak secara langsung," kata Agis Pranoto yang juga seorang jurnalis, melalui media elektotronik, Rabu (26/2/20).
“Saat ini kami Saku mengirimkan setiap bulan 100 buku bacaan layak baca, ke beberapa sekolah yang kebanyakan ada di pelosok kampung, dan baru sebanyak 1000 buku lebih yang kami distribusikan sampai sekarang," ungkap Agies, perempuan berusia (30 tahun) ini.
Saku kini dibantu oleh para volunteer yang masih bertahan 4 volunteer, dan oleh kawan-kawan pengajar Muda dari yayasan Indonesia Mengajar.
Alhasil, buku-buku yang distribusikan itu sangat mempengaruhi perilaku anak-anak agar tertarik untuk belajar membaca, bahkan permintaan buku di beberapa sekolah terutama yang ada di pelosok kampung makin meningkat
"Buku bacaan dongeng dan ensiklopedia sangat dibutuhkan, kami masih menjaring donatur buku untuk bekerjasama," sebutnya.
Saku akhirnya mulai mendapat perhatian oleh beberapa taman baca yang ada di luar kota, namun banyak pula yang mendukung secara langsung seperti pejabat daerah, perpustakaan daerah, dan juga anggota dewan di Serui yang peduli terhadap pendidikan.
"Tentunya akan ada banyak lagi pegiat-pegiat literasi di pelosok yang juga tergerak untuk melakukan perubahan, kami saja mau bergerak ke pelosok dengan menyeberangi laut dengan motor boat, bahkan mengantar buku hingga menempuh jalan berpuluh-puluh kilometer agar buku kami sampai ditempat tujuan dengan utuh, Kami melakukan ini karena mengetahui banyak di luar sana anak anak yang sangat merindukan sosok buku bacaan, yang bisa mengisi pengetahuan mereka," kata Agis.