Cerita Mahasiswa Indonesia Melewati Lockdown Ketat di Melbourne
"Misalnya, di satu kelas ada 50-60 orang, mereka [murid] tidak mau menyalakan mic, ya sudah akhirnya saya berbicara berdua saja dengan guru. Lebih enak justru, dan jelas."
''Lockdown' menghantam kesehatan mental saya'
Serupa dengan Emanuel, Audi Tangkudung juga terpaksa mengubur harapannya soal belajar di luar negeri yang ia bayangkan sebelumnya.
"Kehidupan kampus yang seutuhnya, seperti ngerjain tugas di lawn [halaman rumput], atau kenalan dan janjian sama teman-teman di kampus, sudah jelas tidak bisa saya alami selama tujuh bulan terakhir," katanya.
Meski sempat mengalami kuliah tatap muka selama tiga minggu, Audi, mahasiswa S2 Pemasaran dan Komunikasi di University of Melbourne, kemudian harus menjalankan kuliah online.
Audi mengaku, kondisi 'lockdown' yang harus ia lalui telah mempengaruhi juga kondisi mentalnya.
"Saya masih bisa menjalani dan oke saja dengan [metode] belajar online, tapi berada dalam situasi lockdown telah menghantam kesehatan mental saya," kata Audi.
"Ini bukan kayak ingin bunuh diri atau ingin menyakiti diri sendiri ya, tapi saya rasanya disfungsi, mau coba baca atau mengerjakan tugas, enggak bisa karena nggak berfungsi aja. Mau dipaksa juga tetap enggak bisa," tambahnya.