Cerita Para Nelayan yang Selamat dari Tsunami, Ngeri!
Perjalanan jadi begitu lama karena kondisi jalan yang rusak akibat terjangan tsunami. ”Banyak batu di jalan. Beberapa ruas jalan juga terputus,” tutur Topik.
Di Pulau Handeuleum itulah mereka bertemu dengan petugas penjaga konservasi pada Minggu (23/12) sekitar pukul 06.30. Mereka bisa sampai ke Pulau Handeuleum dengan menggunakan perahu kolek berukuran kecil.
Perahu tersebut tidak hanya dinaiki mereka berdua. Tapi, sepuluh orang. Delapan lainnya adalah Tarmidi, Sunar, Tinggal, Masturo, Agus, Niko, Agus Cita, dan Zaenal.
”Kami pulang duluan untuk meminta bantuan warga agar mereka bisa dijemput. Lokasinya di Pulau Handeuleum,” ungkap Topik. Untuk mencapai pulau tersebut, perjalanan laut bisa sampai setengah hari.
Itu bila menggunakan kapal berukuran 4 gross tonnage (panjang 15 meter dan lebar 2,5 meter) seperti milik Rasyim. Mereka juga berkoordinasi dengan Basarnas atau petugas polairud setempat untuk penjemputan.
Sepengetahuan Topik, mereka bersepuluh yang selamat dari terjangan tsunami itu. Mereka berasal dari kapal pencari ikan yang berbeda. Sedangkan rekan-rekan mereka yang lain mungkin sedang menyelamatkan diri ke tempat berbeda.
”Ada dua orang yang kemungkinan hilang dan tenggelam. Karena mereka memang tidak bisa berenang. Pak Kumis dan Pak Raswin,” tutur Topik.
Apa yang dilakukan Topik agar bisa lolos dari terjangan tsunami? Sama dengan Nara, dia ternyata juga berpegangan pada fiber. ”Itu lho, tutup boks untuk nyimpan ikan,” kata Topik.