Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Cerita Para Penjaga Hutan di Pulau Terpencil Wakatobi

Minggu, 22 November 2015 – 08:10 WIB
Cerita Para Penjaga Hutan di Pulau Terpencil Wakatobi - JPNN.COM
Para penjaga pulau terluar Wakatobi, Sulawesi Tenggara. FOTO: guslan gumilang/JAWA POS

Undangan "makan besar" itu kami manfaatkan untuk mengisi perut sampai kenyang. Sebab, dua hari ke depan, kami tinggal di Anano, pulau yang tak berpenghuni tersebut. Di sana tidak ada listrik, juga air tawar. Urusan makan? Masak sendiri dari bahan yang dibawa dari Tomia. Atau bakar ikan hasil memancing. 

Ada satu rumah panggung di Anano yang biasa digunakan untuk beristirahat. Rumah tersebut dibangun pemerintah setempat pada 2007. Tetapi, kondisinya sudah mulai rusak. Hanya bagian ruang tamu yang masih bisa digunakan untuk tidur. Jadi, sebagian besar teman dari BTNW tidur di atas pasir, di pinggir pantai, pakai sleeping bag. 

Pulau Runduma, Anano, dan Kentiole dikenal sebagai pulau penyu. Sebab, masih banyak penyu yang naik ke pantai untuk bertelur. Karena itu, wilayah tersebut menjadi area monitoring tim BTNW. Kondisi tersebut harus tetap dijaga supaya penyu-penyu itu tidak diburu. "Kalau penduduk (Runduma, Red) sih sangat membantu kami. Mereka menjaga pulau dan sekitarnya," kata Udin. Namun, nelayan wilayah lain tetap harus dipantau. 

Karena itu, dalam perjalanan menuju dan pulang dari Anano, beberapa kali koila berhenti ketika ada kapal nelayan. Mereka memeriksa tangkapan di kapal tersebut. Memastikan tidak ada biota dilindungi yang diangkut kapal itu. Misalnya penyu dan kima. 

Udin dan timnya akan berkeliling pulau saat tengah malam dan pagi. Mereka bakal memeriksa apakah ada penyu yang naik dan bertelur. Lalu memeriksa lokasi penimbunan telur tersebut. 

"Kalau tempatnya di pinggir garis pantai, akan kami selamatkan," kata bapak dua anak itu. Sebab, telur penyu akan sulit menetas kalau sudah terkena air laut. Telur yang mereka selamatkan tersebut dibawa ke Tomia untuk ditetaskan. Mereka memiliki tempat penetasan sendiri di sana. 

Dari Runduma, koila tiba di Anano malamnya. Kami langsung saling membantu menurunkan barang. Mulai persediaan logistik hingga peralatan selam. Kami juga melepaskan dua ekor penyu hijau ke laut. Dua penyu tersebut tersangkut jaring nelayan di Tomia sekitar tiga bulan lalu. 

"Penyu itu diserahkan kepada kami oleh nelayan. Jadi, kami rilis kembali ke laut," terang Udin.

MATAHARI di Pelabuhan Waha, Tomia, siang itu (7/11) begitu terik. Panasnya terasa seperti membakar kulit. Tapi, setidaknya itu pertanda baik untuk

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close