Cerita Praka Nodi, Anak Petani Anggota Paspampres
"Benar saya asli kelahiran Malinau," ungkap Nodi memulai percakapannya sembari sesekali menyeka keringat yang membasahi seluruh wajahnya, usai perjalanan panjang mengawal presiden dengan kendaraan bermotor dari lokasi hotel tempat Presiden Jokowi menginap.
Kata Nodi, mengawal seorang presiden tentu bukan profesi yang mudah. Harus siap bertaruh nyawa. Karena prinsip seorang pengawal dan paspampres, harus bisa menjadi perisai untuk presiden.
Diceritakan Nodi, awal mulanya ia sama sekali tak terpikir untuk menjadi bagian dari Paspampres. Sebelum menjadi bagian pengawal kepresidenan, pendidikan awal kemiliterannya dimulai di Banjarmasin, Secata Gunung Kupang.
Setelah itu, ia lanjut masuk dan bertugas ke Batalion Raider Balikpapan, Kaltim selama 4 tahun. Hingga sampai mendapatkan kesempatan untuk mengikuti seleksi menjadi anggota Paspampres.
Proses seleksi pun begitu ketat. Karena diseleksi di tiap daerah. Masing-masing taruna perwakilan daerah pun terpilih, termasuk Nodi. Tahapannya harus lolos seleksi fisik.
Kedua, lanjut Nodi, jujur, loyal dan disiplin. Itu modal kepercayaan yang harus dipegang teguh oleh seorang pengawal. Dan ketiga, seperti diungkapkan di awal percakapannya, harus berani bertaruh nyawa.
"Setelah itu kami dibawa ke Jakarta. Dilatih dan menjadi pengawal pribadi kurang lebih dua tahun setelah itu sekarang menjadi tim penyelamatan presiden dan tugasnya juga sama, tidak berbeda," urai pria kelahiran 28 Desember 1988 ini.
Dia tak menyangka bisa sampai ke istana. Rasa bangga tentu ada, terlebih karena latar belakang dirinya yang berasal dari seorang anak petani. Namun itu tak membuatnya sombong.