Cermin dari De Soto dan Yunus (2)
Selasa, 02 Februari 2010 – 02:57 WIB
***
Marilah menoleh kepada petani karet di zaman Belanda yang lumayan makmur. Kala itu, pemerintah kolonial Belanda mensubsidi petani dengan 10 kupon saban satu hektare kebun karet. Kupon ini ditukar dengan duit setiap akhir bulan. Produksinya ditampung dan pasarnya jelas.
Stimulus dari pemerintah kolonial itu dinikmati Indonesia setelah kemerdekaan. Kita menjadi produsen karet terbesar di dunia pada 1950-an. Bayangkan, 43,2 persen karet alam dunia datang dari Indonesia. Malaysia cuma 32,2 persen dan Thailand 5,8 persen.
Tapi setelah Orde Baru, produk kita tinggal 26,9 persen pada 1970, digantikan Malaysia dengan 42,1 persen. Dua dasawarsa berselang, giliran Thailand berada di puncak pada 1990-an.