ChatGPT dan Masa Depan Manusia
Oleh: Dhimam Abror DjuraidChatGPT sering dipakai pelaku industri kreatif untuk mencari konsep. Hal ini dapat menciptakan layanan yang lebih baik, cepat, dan murah. Perusahaan-perusahaan besar akan mengadopsi teknologi untuk menggantikan manusia karena efisiensi akan menghasilkan produktifitas yang lebih tinggi.
Manusia mulai menyadari segala sesuatu sebagai sebuah algoritma. Algoritma merupakan rangkaian kode yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Misalnya jika ingin membuat kue, maka algoritmanya memerlukan rangkaian langkah-langkah seperti mencampur bahan, mengaduk, mencetak dan memanggang. Dunia kemudian dianggap sebagai sebuah algoritma yang bisa dikuasai manusia dengan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menaklukannya.
Pekerjaan koki atau chef yang dulu hanya bisa dilakukan oleh manusia akan diambil alih oleh Chatbot. Pekerjaan jurnalis dan sastrawan yang dulu hanya bisa dilakukan oleh manusia yang punya keterampilan khusus, sekarang terancam akan diambil alih oleh mesin berbasis algoritma dan kecerdasan buatan.
Ilmu kedokteran yang dulu dikuasai manusia, sekarang pelan-pelan sudah diambil alih oleh mesin. Operasi berbagai macam penyakit akan diambil alih oleh mesin, karena akurasinya jauh lebih tinggi ketimbang dokter spesialis.
Kemajuan teknologi memungkinkan manusia melakukan apa saja. Banyak manusia yang kemudian merasa bahwa teknologi akan menggantikan peran Tuhan. Ahli filsafat sejarah Prof. Yuval Noah Harari mengatakan bahwa kemajuan teknologi sekarang membuat manusia ingin mengambil alih peran tuhan.
Dalam bukunya ‘’Homo Deus’’ Harari mengatakan teknologi telah menggeser peran agama. Ketika doa dan puja-puji dianggap belum tentu memberikan secara nyata dalam wujud material apa yang diinginkan manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi menjanjikan suatu kepastian hasil.
Menurut Harari, ketika belum menemukan ilmu pengetahuan, manusia menyembah alam. Setelah itu muncul ide mengenai agama yang memperkenalkan konsep Tuhan. Tetapi, kemudian manusia menemukan pencerahan dan bisa memaksimalkan peran otaknya untuk menciptakan ilmu pengetahuan.
Manusia yang merasa tercerahkan menemukan bahwa nasib manusia tergantung kepada manusia sendiri, bukan yang lain. Kalau manusia bisa menundukkan alam, maka ia akan menjadi penguasa alam.