Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

ChatGPT dan Masa Depan Manusia

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Senin, 27 Februari 2023 – 19:53 WIB
ChatGPT dan Masa Depan Manusia - JPNN.COM
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

Ketika manusia masih berpikiran kuno mereka menyembah Firaun. Setelah menemukan ilmu pengetahuan mereka tidak lagi menyembag Firaun. Sebagai gantinya mereka menyembah Tuhan baru, misalnya Elvis Presley.

Manusia dulu memuja Firaun bagai Tuhan, melakukan apa yang disuruh olehnya, bahkan memujanya ketika dia sudah mati. Ternyata ribuan tahun setelah Firaun, manusia masih melakukan hal yang kurang lebih sama dengan pemujaan terhadap bintang pop, idola, atau tokoh politik kesayangan.

Teknologi dan media sosial saat ini bahkan memungkinkan manusia untuk mengikuti gerak-gerik idolanya tiap saat, dan kecenderungan pemujaan dan pemaknaan terhadap idola mereka pun meningkat seiring aktivitas pemujaan tersebutt.

Harari yang punya latar belakang Yahudi-liberal—ia menikah dengan sesama laki-laki—terkesan melecehkan peran agama dalam masyarakat modern. Ia melihat agama hanyalah sebuah fiksi yang dipercayai orang banyak, sehingga menjadi penuntun hidup, walaupun manfaat agama tidak dapat dirasakan secara riil. Berbeda dengan pertumbuhan ekonomi, kapitalisme, dan materialisme yang dianggap bisa menyelesaikan masalah secara nyata.

Teknologi yang melahirkan kemajuan kedokteran dan farmasi juga dianggap menggantikan peran agama. Harari memberi contoh bagaimana antibiotik dapat lebih nyata menyembuhkan manusia jika dibandingkan dengan doa.

Sebenarnya sudah bisa diduga, ketika manusia memilih mengedepankan teknologi dan mengesampingkan norma dan etika, maka kekacauan lah yang akan terjadi. Kedokteran abad ke-20 bertujuan untuk menyembuhkan orang sakit, sedangkan kedokteran abad ke-21 bertujuan untuk memperbarui orang sehat.

Orang tua bisa saja memiliki prinsip dan menolak memberikan suplemen untuk membuat anak menjadi lebih pintar bahkan jenius, namun apa yang terjadi ketika anak-anak lain menjadi jenius karena diberikan suplemen itu dan anak Anda tertinggal? Tidakkah pada akhirnya kita ikut memanfaatkan temuan kedokteran canggih itu?

Harari menjabarkan bahwa gambaran hipotesis situasi tersebut mungkin tidak lama lagi bisa terjadi di dunia kita sekarang. Intinya, manusia berlomba-lomba menjadi yang terbaik, terhebat, teratas, terdepan, bagaimanapun caranya.

Dengan kemajuan teknologi yang bisa menghasilkan apa saja, bagaimana masa depan Tuhan dan agama?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News