Dampak Nikotin pada Kualitas Tidur
Tak berhenti di situ, saat Anda berhenti merokok pun berbagai gejala “sakau” dapat melanda. Beberapa hari pertama usai berhenti merokok, berbagai ujung saraf dan reseptor yang telah terbiasa berfungsi dengan stimulasi nikotin harus berjuang untuk beraktivitas tanpa nikotin dari rokok.
Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai gejala, mulai dari diare atau sembelit, sakit kepala, rasa cemas dan mudah marah. Selain gejala-gejala tersebut, Anda juga akan merasa semakin terganggunya fungsi tidur, seperti sulit tertidur dan tidur yang tidak nyenyak.
Tentunya, efek ini lama-kelamaan akan hilang seiring dengan kembalinya fungsi tubuh ke kondisi awal, yakni dapat bekerja tanpa stimulasi nikotin yang terus-menerus. Itu sebabnya, memburuknya gejala gangguan tidur setelah berhenti merokok bukanlah sebuah alasan untuk tetap merokok.
Bukan berarti boleh konsumsi kafein berlebih
Di lain sisi, meski efek nikotin terhadap tidur bisa dikatakan lebih buruk daripada kafein, bukan berarti konsumsi kafein berlebihan menjadi diperbolehkan. Dalam sehari, Anda disarankan untuk tidak mengonsumsi kafein lebih dari 400 miligram (mg) atau sekitar empat cangkir kopi untuk orang dewasa sehat.
Tak hanya kopi, Anda juga harus ingat teh, minuman berenergi, dan soda yang juga punya kandungan kafein di dalamnya. Saat kafein dikonsumsi berlebihan, Anda dapat mengalami efek samping seperti sakit kepala, insomnia, hingga detak jantung meningkat.
Dampak nikotin pada kualitas dan kuantitas tidur ternyata besar. Karena itu, apabila Anda saat ini masih punya kebiasaan merokok, hentikan sekarang juga. Mulailah menjalani gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi dan cukup istirahat. Atasi dan alihkan energi serta perhatian Anda dengan berolahraga rutin agar kondisi tubuh tetap sehat.(HNS/RPA/klikdokter)