Dan Kata-Kata Belum Binasa
Bisa jadi karena gratis. Banyak yang memfasilitasi nonton bareng.
Begitu keluar bioskop, mendadak banyak yang menjadi kritikus film. Umumnya berkomentar seragam, film yang disutradari Yosep Anggi Noen ini datar. Dan…tidak sesuai harapan.
Dan si empunya karya sudah memberi alas, bahwa mereka tidak sedang membuat film, "bak visualisasi buku sejarah," yang, "akibat ambisi berlebihan merangkum seluruh sisi kehidupan sang tokoh," dan lalu, "melupakan observasi karakter."
Pun demikian, dalam perspektif sejarah, melalui film ini, setidaknya penonton jadi tahu bahwa Indonesia pernah dipimpin oleh rezim gagah perkasa, namun takut pada kata-kata.
Adegan demi adegan begitu jelas menggambarkan, yang karena kata-kata, rezim itu sampai hati memisahkan ayah dengan dua anaknya. Yang karena puisi-puisi, Wiji Thukul terpaksa menjauh dari istrinya, Yuk Pon (Marissa Anita).
Dalam selarik puisi--ini tak ada di film--semasa pelarian (1996-1998), Wiji Thukul menulis puisi...
Wani,
bapakmu harus pergi
kalau teman-temanmu tanya
kenapa bapakmu dicari-cari polisi
jawab saja:
"karena bapakku orang berani"
Kalau nanti ibu didatangi polisi lagi
menangislah sekuatmu
biar tetangga kanan kiri datang
dan mengira ada pencuri
masuk rumah kita