DARDERDOR...! Kisah Tiga Butir Peluru di Palagan Ambarawa
Namun tentara Gurka dan sinyo-sinyo itu mana tahu. Bagi mereka ini tindakan kurang ajar. Bergegaslah mereka ke utara hendak membuka sumbatan tersebut. TKR Ambarawa terus membuntuti.
Di pematang sawah terlihat sekolompok petani sedang berehat, makan. Gurka itu meletuskan tiga tembakan ke udara. Para petani itu bubar tunggang langgang. "Tepat Gurka itu melepaskan tembakan tiga kali, segera pula Sariaman membalas tembakan tiga kali," kenang Sarmudji.
Terkejut...enam Gurka itu kabur ke jeepnya dan langsung tancap gas. Sementara dua sinyo tadi terbirit-birit masuk camp interniran. Tiga butir peluru Sariaman pun berbuntut panjang.
Sekutu Ngamuk
Sepuluh menit kemudian, satu unit tank steward meluncur dari markas tentara Sekutu di Kampemen Militer Ambawara. Tank memuntahkan tembakan ke markas Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) di Jl. Tirto Nilo--sekarang Jl. Pemuda.
Sasaran selanjutnya markas TKR di Pangudi Luhur. Kemudian tank balik kanan menuju pertigaan Jl. Kawedanan, sekarang pertigaan Toko Laris. Dan belok kiri menggempur markas TKR di gedung yang kini menjadi Gereja OKI dan SMP Masehi.
Semenjak itu Ambarawa bergolak. Kaum republik dan tentara Sekutu saling jual beli serangan.
Kekuatan Sekutu kian bertambah. 22 November 1945, tentara Sekutu dari Magelang masuk Ambarawa. Disusul pasukan dari Semarang, lima hari kemudian. Ambarawa pun dikuasai Sekutu.