Darurat SDM Pertanian, Kemenristekdikti Dorong Perguruan Tinggi Regenerasi Petani
jpnn.com, JAKARTA - Jumlah SDM di sektor pertanian semakin berkurang. Bahkan luas lahan pertanian di Indonesia tinggal 8,1 juta hektare. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan mengingat Indonesia adalah negara agraris.
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti menyebut, dalam sektor pertanian pangan, terdapat lima permasalahan pokok. Yaitu, luas lahan pertanian, sistem insentif, kemampuan SDM, penguasaan lahan dan ketidakadilan, serta permasalahan pendidikan tinggi.
Di sisi lain, pengaruh revolusi industri 4.0 menuntut semua kalangan, termasuk petani untuk berubah dan adaptif terhadap kemutakhiran teknologi.
"Sementara untuk sistem insentif lantaran usaha pertanian berisiko tinggi, seperti serangan hama, bencana alam, perubahan iklim, dan lain sebagainya. Usaha pertanian juga membutuhkan biaya besar. Maka dari itu, kita sangat butuh SDM yang mumpuni di bidang pertanian," tutur Dirjen Ghufron pada acara Diskusi Publik Relevansi Pengembangan SDM Iptek dan Dikti Terhadap Pembangunan Nasional Sektor Pertanian Pangan di Auditorium lantai 2 Gedung D Kemenristekdikti, Jakarta, Senin (18/3).
BACA JUGA: Rp 900 Miliar untuk Musyawarah Guru Mata Pelajaran
Perguruan tinggi, jelas Dirjen Ghufron, memiliki peran penting dalam menghasilkan SDM di sektor pertanian pangan. Regenerasi petani sangat dibutuhkan sehingga penting untuk meningkatkan minat generasi muda di bidang pertanian.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, umur petani didominasi oleh usia di atas 45 tahun. Bahkan, jumlah petani merosot secara berkelanjutan dari 36,4 juta pada tahun 2012 menjadi 35,01 juta pada tahun 2016.
"Jumlah penyuluh pertanian sedikit dibandingkan dengan sebaran jumlah petani. Begitu juga masalah kompetensi yang masih di usaha pertanian subsisten," sebutnya.