Deliana Fatmawati, Wasit Perempuan Berlisensi FIFA
Deli masih ingat betul kekagetan ibunya ketika dirinya meminta izin jadi pesepak bola, apalagi saat memohon restu jadi wasit.
”Mamak bilang ngapain ko jadi wasit. Nanti diprotes dan dimarahi orang,” katanya menirukan ucapan ibunya.
Perempuan berdarah Batak itu pun terpaksa jalan tanpa restu sang mamak. Sebab, dia sudah tak mungkin dipisahkan dari sepak bola.
Tidak kurang dari enam tahun dia habiskan untuk meniti jalan menjadi wasit FIFA. Mulai level terbawah nasional C3 pada 2011. Dilanjutkan dengan lisensi C2 setahun kemudian.
Tapi, ganjalan datang. Ketika seluruh tahapan ujian telah diikuti, ternyata ada perubahan kuota wasit perempuan. ”Jadinya Deli batal dapat lisensi itu. Kesal dan marah pastinya,” kenang dia.
Deli pun memutuskan berhenti dulu. Baru setelah bisa melupakan kekecewaan tersebut, pada 2015 dia kembali ikut ujian untuk ambil lisensi C2. Dan berhasil.
Untuk level FIFA, ungkap Deli, tidak dibedakan seleksi bagi laki-laki dan perempuan. Semua harus melalui tahapan dan ujian yang sama.
Mulai peraturan pertandingan, ujian fisik, hingga penerapan teori di lapangan. Semua harus dilakoni Deli bersama peserta lain yang didominasi laki-laki. ”Laws of the game sama, visi-misi wasit sama, fisiologinya pun sama,” paparnya.