Demam Menggigil di Gayo
Kamis, 30 Desember 2010 – 09:11 WIB
Tiba di hotel saya langsung menjatuhkan diri di tempat tidur. Menarik selimut tebal dan menggigilkan badan segigil-gigilnya. Tidak ada yang tahu dan tidak ada yang melihat. Saya memang minta agar semua rombongan meneruskan agenda. Sedangkan beberapa teman Aceh yang mengantarkan saya, saya minta menunggu di luar kamar saja.
Suhu badan saya rasanya tinggi sekali. Panas. Sambil menggigil saya berpikir penyebab-penyebab yang mungkin melatarbelakangi demam itu. Yang paling saya waspadai tentu demam berdarah. Ini bisa mematikan. Terutama kalau telat menanganinya. Tapi, saya merasa bukan demam berdarah. Tidak ada gejala kembung di perut.
Tenggorokan memang agak gatal, tapi untuk menelan ludah tidak sakit. Saya coba minum air sedikit juga tidak terasa sakit. Bahkan, selera makan saya tidak berubah. Saya paksakan makan kue yang saya bawa dari kantor PLN Bireuen juga terasa enak "kue yang disiapkan ibu-ibu persatuan istri PLN Bireuen ini memang enak. Ini berarti bukan demam berdarah. Maka, saya putuskan: cukup beristirahat total di tempat tidur. Juga tidak ikut makan malam dengan dua bupati setempat.