Demam Menggigil di Gayo
Kamis, 30 Desember 2010 – 09:11 WIB
Tidak mungkin Bengkulu menunggu GI dengan cara normal. Harus ada langkah khusus secara cepat. Maka, saya tantang kepala PLN Bengkulu untuk membangun GI sendiri. Materialnya bisa didapat dari gudang-gudang proyek PLN dari seluruh Indonesia. Saya hubungi teman-teman di proyek untuk mengetahui apakah material untuk membangun sebuah GI cukup tersedia di gudang-gudang itu.
Begitu banyak proyek GI di Indonesia ini, tentu banyak barang tersisa. Ternyata benar. Banyak material GI yang bisa dihimpun dari berbagai gudang itu. Kalaupun harus membeli beberapa bagian, tidak akan banyak lagi. Apalagi, Gubernur Bengkulu Agusrin M. Najamuddin bersedia menyediakan tanahnya secara gratis. Sedangkan kepala PLN Bengkulu pernah menangani proyek GI. Maka, GI made in Bengkulu ini harus jadi dalam waktu singkat.
Gubernur Bengkulu juga ikut gelisah. Saat saya turun dari pesawat, saya sudah melihat sang gubernur ada di antara penjemput. Dia yang siang itu ikut bersepatu kets mendekat ke tangga pesawat. Dia siap mengantarkan saya ke mana saja, termasuk meninjau PLTA Musi, kira-kira 2 jam perjalanan dengan mobil dinasnya.
Mula-mula saya menawarkan diri untuk menjadi sopirnya. Tapi, sang gubernur justru mengambil alih kendali. Maka, kami berangkat dengan gubernur sebagai sopir. Baliknya, apa boleh buat, saya yang mengemudi.