Demam Nikel
Oleh: Dahlan IskanSaya ikut sedih ketika beberapa teman kehilangan uang sampai di atas Rp 500 miliar. Belum sepenuhnya hilang. Masih ada yang mengadu ke aparat hukum. Ada juga yang sudah sampai pengadilan.
Kini menjadi jelas: bahan baku nikel sangat terbatas. Pun bila disebut Indonesia adalah salah satu pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.
Sebagai orang yang tumbuh di masa "banjir kap" saya bertanya dalam hati: apa yang akan terjadi di Sulawesi Tenggara 25 tahun lagi?
"Banjir kap" adalah istilah untuk "demam tebang hutan" di Kaltim. Tahun 1970-an.
Semangat menebang kayu meranti, mirip dengan demam nikel seperti sekarang. Kayu gelondongan diekspor begitu saja.
Sungai Mahakam menjadi hitam. Demikian juga sungai Kahayan di utara. Tenaga kerja membanjir ke Kaltim. Gubuk-gubuk liar tumbuh menjadi kampung kumuh.
Kayu habis. Hutan gundul. Mata pencaharian hilang.
Sekian puluh tahun kemudian muncul demam lain: batu bara. Juga dibabat habis-habisan. Pun sampai yang kualitas rendah.