Dendam Perang Dunia II Menyulut Perang Dagang Korsel Vs Jepang
Sebaliknya, Amerika Serikat berusaha mengesampingkan kebencian atas masa lalu dan untuk membangun kembali hubungan ekonomi yang telah ada selama era kolonial.
Bukan hanya itu, Amerika Serikat juga fokus pada penghentian komunisme dan percaya bahwa Jepang dan Korea Selatan perlu dipersatukan dalam perlawanan mereka terhadap ancaman ini.
Korea Selatan pun akhirnya menormalkan hubungan dengan Jepang pada tahun 1965 dan memulai memperbaiki hubungan ekonomi kedua negara.
Jepang dan Korea juga kemudian membangun perjanjian yang berhasil menciptakan hubungan ekonomi baru antara kedua negara. Jepang setuju untuk memberikan Korea 800 juta dolar AS dalam bentuk hibah dan pinjaman, sementara pemerintah Korea Selatan melepaskan haknya untuk mencari reparasi resmi dari Jepang atas pelanggaran kolonial dan perang terhadapnya.
Selama dua dekade berikutnya, Korea Selatan tidak hanya menerima bantuan pembangunan yang dijanjikan dari Jepang, tetapi juga menjadi tujuan utama untuk perdagangan dan investasi Jepang.
Kedua negara pun mendapat manfaat besar dari kemitraan baru, dan menghindari pembahasan soal luka sejarah.
Namun perjanjian itu juga memungkinkan Jepang untuk menghindari perhitungan dengan kekejaman masa lalunya. Dan dengan demikian, perjanjian tersebut membatalkan hak-hak setiap warga negara Korea Selatan untuk mencari kompensasi dari pemerintah Jepang.
Di Korea Selatan sendiri, luka masa lalu belum sepenuhnya pulih, terlebih jika terkait dengan perbudakan seksual oleh militer Jepang, di mana para korbannya belum mendapatkan kompensasi yang memadai. Hal itu kerap memicu kemarahan paling emosional.