Desa Paringan di Ponorogo yang Semakin Banyak Dihuni Pengidap Schizophrenia (Gila)
Pak Kades Sering Urunan Bawa Warga yang Kumat ke RSJMinggu, 05 Juni 2011 – 09:29 WIB
Apalagi, karena keterbatasan ekonomi dan fasilitas, penanganan para penderita schizophrenia di Desa Paringan sangat minim. Bila kumat, mereka baru dibawa ke RSJ. Padahal, terapi penderita schizophrenia harus berkelanjutan, seumur hidup, dan tak boleh putus. "Kalau sempat terputus, akan semakin sulit penyembuhannya. Begitu kata dokter di RSJ Lawang. Tapi, kami tak mampu melakukannya," tambahnya.
Obat-obatan untuk penderita schizophrenia bisa mencapai Rp 350 ribu per bulan. Ini masih di atas rata-rata "pendapatan per kapita" penduduk setempat. "Itu pun beli di apotek dengan harga paling murah," terang Sarfin.
Di puskesmas memang ada obat gratis sumbangan RSJ Lawang. Namun, jumlahnya terbatas. Kadang baru dua minggu, jatah obat tersebut sudah habis. Ketika cerita tentang kampung sinting ini beredar, sejumlah bantuan pun datang. Di antaranya dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Surabaya. Mereka berencana mendirikan sebuah panti rehabilitasi di bekas gedung sekolah di kampung itu yang sudah tak terpakai. Rencananya, ada tempat rawat inap dan dua dokter. Bagaimana operasionalnya" "Itu yang kami belum tahu," kata Sarfin.