Desersi karena Tentara Sekutu Besar dan Sangar
LAPORAN AGUNG PUTU ISKANDAR, BangkokSabtu, 07 November 2009 – 08:33 WIB
Maksud Aman dengan nama Alex Alatas adalah Ali Alatas. Aman karib memanggil Ali Alatas dengan nama Alex. Mereka berdua akrab saat Ali bertugas sebagai diplomat di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Thailand. Ketika itu, Aman menjadi salah seorang staf di KBRI Thailand. Saat Jawa Pos mengatakan bahwa Ali Alatas sudah meninggal tahun lalu, Aman kaget. Dia terhenyak dan matanya tiba-tiba sembab. Dia tak menyangka teman ngobrol saat bertugas di KBRI itu sudah tiada. "Sudah meninggal ya," katanya lirih.
Lelaki asli Bandung itu adalah mantan anggota Heiho, pasukan bentukan Jepang untuk menjaga kekuasaannya di Indonesia. Para anggota Heiho diambil dari orang-orang pribumi. Awalnya, pasukan itu dibentuk untuk membantu pekerjaan kasar tentara Jepang. Namun, lambat laun, karena kebutuhan pasukan meningkat, Heiho naik pangkat. Mereka boleh mengangkat senjata. Bahkan, beberapa di antara mereka dikirim ke beberapa medan perang. Salah satu di antara adalah Thailand.
Aman menuturkan, dirinya dipanggil menjadi tentara Heiho pada 1942. Bapak empat anak itu menjalani serangkaian pelatihan di daerah Bandung. Menurut Aman, pelatihan tentara Heiho sangat berat. Anak buah salah sedikit, komandan main pukul. Pernah, Aman kurang dalam menekan pedal kopling mobil jip. Akibatnya, laju jip tersendat-sendat. "Saya disuruh turun, kemudian kepala saya dipukul," katanya sambil menunjukkan pelipis kiri dan kanannya.