Di Balik Gelombang Pembangunan Masif di Bali
Namun, tidak semua orang merasakan keuntungannya.
I Nyoman Larsia, yang berusia lima puluh lima tahun, memiliki sekitar 60 hektar lahan pertanian yang telah dimiliki keluarganya selama 300 tahun.
Turis yang bersepeda sering melewati sawah ini dan membantu para petani memperoleh penghasilan tambahan.
Ia bertekad untuk tidak menjualnya, tetapi mengatakan kedua anaknya yang sudah dewasa tidak ingin bekerja di ladang, dan tidak dapat mencari nafkah meskipun mereka melakukannya.
"Kesenjangan antara mereka yang bekerja di industri pariwisata dan petani semakin melebar," katanya.
Bahkan I Nyoman sendiri tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup dari bercocok tanam padi, jadi ia juga bekerja di bidang konstruksi, membantu membangun vila-vila.
Namun ia tetap tidak ingin menjualnya, meski tekanan dari para pialang tanah yang datang beberapa bulan sekali menawarkan harga yang semakin tinggi untuk ladang-ladangnya.
"Ada yang mencoba mengintimidasi saya, menyebut saya bodoh karena tidak menjual," katanya.