Di Balik Kontroversi Eksekusi Menhan Korut dengan Senjata Antipesawat
jpnn.com - PEKAN ini Korea Selatan (Korsel) mengabarkan bahwa Hyon Yong-chol menjadi target eksekusi terbaru Jong-un. Pria 66 tahun yang menjabat menteri pertahanan itu, kabarnya, dihabisi dengan senjata antipesawat terbang atau senapan mesin yang bisa menembak jatuh pesawat dari darat. Benar tidaknya laporan tersebut masih menjadi kontroversi.
---
Banyak pengamat yang mempertanyakan keakuratan serta motif Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan (Korsel) menyebarkan informasi eksekusi yang dilakukan di depan ratusan pejabat partai dan kolega Jong-un itu. Mereka berpendapat, susah dinalar mengapa Hyon dieksekusi seperti itu. Sebab, selama ini Hyon termasuk pejabat penting. Bahkan, sebulan lalu dia menjadi salah satu pembicara dalam simposium internasional di Moskow, Rusia.
Bukti lain yang menguatkan analisis para pengamat Korut itu, Hyon masih tampil bersama pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un dalam film propaganda terbaru yang diputar minggu ini. Lazimnya, orang yang disingkirkan dari pemerintahan tidak akan tampil dalam rekaman resmi. Nama maupun gambar mereka bakal langsung disingkirkan.
Pengamat Korut dari Sejong Institute, Korsel, Cheong Seong-chang mengungkapkan bahwa media Korut Rodong Sinmun masih memuat nama Jenderal Hyon pada edisi 29 April. Padahal, NIS mengatakan bahwa Hyon dieksekusi pada 30 April. "Artinya, dia ditangkap 30 April dan dieksekusi pada hari yang sama. Ini sulit untuk dipercayai, kecuali dia mencoba untuk melakukan sesuatu seperti membunuh Kim Jong-un," tegas Cheong.
Meski banyak pertanyaan masuk yang meragukan informasi mereka, NIS tetap bersikukuh bahwa eksekusi tersebut benar. Karena itulah, NIS mau membagikan informasi itu dengan parlemen Korsel. Namun, mereka tidak bisa mengungkapkan sumber yang memberikan informasi tersebut.
Jika benar-benar dieksekusi, Hyon menjadi pejabat paling penting yang disingkirkan oleh Jong-un, selain Jang.
"(Eksekusi) ini bisa berarti bahwa solidaritas kepada rezim Pyongyang telah retak atau ini merupakan bukti lain bahwa Kim Jong-un sedang memperkukuh kekuatannya," ujar Koh Yu-hwan, pengamat khusus Korut di Universitas Dongguk, Seoul. Cara Jong-un adalah menyingkirkan orang-orang yang tidak setuju dengannya.